Pengetahuan saya tentang pantun juga tidak begitu banyak, namun mudah-mudahan tetap menjadi informasi yang berguna bagi kita semua.
Untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak lagi, saya menyarankan agar Anda juga membaca tulisan-tulisan tentang sastra dan bahasa, serta menonton siaran-siaran pendidikan yang mengulas tentang sastra dan bahasa Indonesia.
PANTUN
Adalah salah satu jenis puisi lama. Pada mulanya merupakan sastra lisan, namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.
Pantun terdiri atas dua bagian, sampiran dan isi. Sampiran adalah bagian yang mengantarkan rima/sajak. Sedangkan Isi adalah bagian yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
Struktur dan Ciri-ciri Pantun
Satu bait pantun (sebuah pantun) terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan).
Satu larik pantun biasanya terdiri atas 2-6 kata dan 8-12 suku kata, namun yang paling sering ditemui adalah 4 kata.
Pada tiap akhir larik terdapat rima / sajak, yang berpola a-b-a-b.
Pantun terdiri dari sampiran pada dua baris pertama, dan isi pada dua baris terakhir.
Sampiran pada pantun berfungsi menyiapkan rima dan irama supaya mempermudah pendengar memahami isi pantun, sedangkan isi adalah tujuan dari pantun itu sendiri. Sampiran terhadap isi tidak memiliki hubungan makna. Karena jika memiliki hubungan makna tidaklah disebut sebagai pantun, melainkan hanya Syair bersajak.
Fungsi Pantun
Secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan.
Suatu pesan (Baik itu nasihat, sindiran dan lain-lain) akan terdengar lebih menarik jika disampaikan dalam bentuk pantun.
Sebagai contoh, ketika seseorang berpidato, pada saat dia mengakhiri pidatonya biasanya pasti mengucapkan "Sekian, Terimakasih, Assalamu'alaikum". Cara mengakhiri pidato semacam itu sudah sangat umum kita temui, dan terkesan biasa-biasa saja. Tetapi akan terdengar lebih menarik jika salam penutup pidato disampaikan dalam bentuk pantun.
Contoh:
"Teringat jalan sama kekasih..
Aku-pun tersenyum di waktu Subuh..
Cukup sekian terima kasih..
Assalamu'alaikum warahmatullah wabarkatuh..."
Pola Sajak Pantun
Sajak / rima pantun harus berpola a-b-a-b.
Maksudnya adalah rima pada baris ke-1 harus sama dengan baris ke-3, sedangkan baris ke-2 harus sama dengan baris ke-4.
Contoh:
"Tiada kusangka si pohon cengke h..
Buahnya tiada tanda tak subur..
Kita merdeka 60 tahun labih..
Harusnya kita sudah makmur..."
Jika kebetulan seluruh baris memiliki sajak yang sama, maka bisa dikatakan pantun tersebut berpola a-a-a-a.
Contoh:
"Buah nangka buah anggu r..
Jangan disentuh bila berlumpur..
Sudah merdeka patutlah bersyukur..
Jangan mengeluh meski belum makmur..."
Pola Sajak Pantun juga berlaku untuk akhiran yang dianggap mirip. Misalnya "m" dengan "n", "b" dengan "p", "d" dengan "t", "s" dengan "z", dan yang lainnya yang dinggap mirip.
Contoh:
"Labu merah si labu siam..
Jambu biji lebat di taman..
Seminggu sudah waktu berjalan..
Ketemu lagi sama teman-teman..."
Juga berlaku untuk akhiran yang bunyinya sama, meskipun tulisannya berbeda.
Contoh:
"Nongol benjolan dekat pelipis..
Tutuplah saja memakai peci..
Kalau kalian mau dekat-dekat artis..
Makanya.., jadi MC..."
PANTUN STANDAR, PANTUN APIK, DAN PANTUN SUPER APIK
Pada masa sekarang ini pantun sudah jarang diminati oleh masyarakat, terutama anak muda. Padahal pantun adalah sastra asli Indonesia. Sebagai anak bangsa, kita hendaknya senantiasa menjaga warisan budaya milik kita.
Untuk menumbuhkan kembali minat masyarakat terhadap pantun, para Pemantun masa kini mulai meningkatkan kualitas pantun yang mereka sajikan agar lebih menarik. Menurut pengamatan saya, Pantun masa kini mempunyai rima lebih banyak dari pada pantun gaya lama. Dan menurut saya, pantun masa kini memang terdengar lebih enak di telinga.
Menurut susunan rima / sajaknya saya membagi pantun menjadi tiga bagian, yaitu: Pantun Standar, Pantun Apik, dan Pantun Super Apik.
Pantun Standar adalah pantun yang susunan kalimat pada tiap barisnya sudah memenuhi struktur standar pantun, yakni bersajak akhir dengan pola a-a-a-a atau a-b-a-b. Pantun jenis ini disebut juga Pantun Pemula.
Contoh:
PANTUN JENAKA
"Ada sapi di tengah taman..
Jumlahnya tujuh delapan..
Cari teman jangan yang hitam..
Kalau pas gelap gak kelihatan..."
Pantun Apik adalah jika terdapat pola sajak di dua kata utama pada tiap baris pantun. Pantun jenis ini adalah pantun yang paling banyak kita jumpai.
Contoh:
PANTUN JENAKA, EJEKAN
"Kayu dicari ke dalam hutan..
Datang pemburu menembak macan..
Hey Opi kamu jangan sok merasa tampan..
Kemana rambutmu bagian depan..? "
Pantun Adi Apik (Super Apik) adalah jika pola sajaknya terdapat di empat kata utama pada tiap baris pantun.
Contoh:
PANTUN TEBAK-TEBAKAN, PLESETAN
"Negara Turki Istamb ul kotanya..
Teluk Bayur di Tanah Minang letaknya..
Kepada Putri hendak aku bertanya..
Badut tidur bahasa Jepangnya apa..? "
Jawaban: PYAMA (= baju tidur)
Pantun Sempurna dan Pantun Kurang Sempurna
Pantun terdiri dari sampiran dan isi. Sampiran terhadap isi tidak memiliki kaitan makna (hanya mempunyai kaitan bunyi), Kalimat pada sampiran biasanya hanya seputar realitas alam (seperti nama-nama buah, hewan, nama-nama kota, dan lain-lain).
Meski maksud / tujuan pantun terletak pada bagian isi, kalimat pada sampiran juga turut menentukan bagus tidaknya sebuah pantun.
Dilihat dari makna kalimatnya (kalimat pada sampiran), pantun yang baik disebut juga Pantun Sempurna.
Ciri-ciri pantun sempurna adalah sebagai berikut:
1.
Sampiran baris pertama dan sampiran baris ke dua hendaklah saling berhubungan.
Contoh pantun dengan sampiran yang tidak saling berhubungan:
PANTUN SINDIRAN
"Koin habis bermain valas..
Menara Dubai tertinggi di dunia..
Mengirim SMS ingin segera dibalas..
Mengira orang santai kayak dirinya..."
2.
Sampiran dan isi bisa bertukar posisi ( sampiran menjadi isi, isi menjadi sampiran).
Contoh:
PANTUN SINDIRAN
"Punya MERCY barangnya mulus..
Tapi bensinnya sangat boros..
Punya kekasih badannya kurus..
Tapi makannya sangat rakus..."
Bisa tukar posisi menjadi:
"Punya kekasih badannya kurus..
Tapi makannya sangat rakus..
Punya MERCY barangnya mulus..
Tapi bensinnya sangat boros..."
Setiap pantun yang memenuhi syarat nomor 1, maka biasanya akan juga memenuhi syarat nomor 2 ini.
3.
Terdapat suatu informasi (fakta) pada sampiran, yang nantinya akan menjadi pengetahuan tambahan bagi pendengar.
Contoh:
PANTUN TERHADAP PEREMPUAN, RAYUAN
"Bermula ilmu di dalam buku..
Permulaan pantun sampiran dulu..
Bila kau bertemu dengan diriku..
Berikan senyum jangan kau malu..."
4.
Jika kalimat dalam sampiran mengandung sebuah informasi (fakta), maka kalimat tersebut haruslah sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Contoh pantun dengan sampiran yang tidak sesuai dengan fakta:
PANTUN NASIHAT
"Jalan-jalan ke Pekan Baru..
Ibu kotanya Sumatra Selatan..
Jika kalian nonton film biru..
Pasti nantinya rusak pikiran..."
5.
Terdapat makna terselubung, atau bahkan makna yang sangat mendalam pada sampiran, meskipun pesan utama (tujuan) pantun terdapat pada bagian isi. Dan inilah jenis pantun dengan derajat tertinggi.
Contoh:
PANTUN SALAM PENUTUP (dalam Bahasa Banjar)
"Taungut tadiam rahatan bakamih..
Jangan bakakulum mun balum babasuh..
Cukup sakian wan takima kasih..
Assalamu'alaikum warahmatullah wabarkatuh..."
Adapun Pantun Kurang Sempurna yaitu pantun yang tidak memiliki ciri-ciri Pantun Sempurna.
Contoh pantun yang kurang sempurna:
(1). PANTUN SINDIRAN
"Koin habis bermain valas..
Menara Dubai tertinggi di dunia..
Mengirim SMS ingin segera dibalas..
Mengira orang santai kayak dirinya..."
(2). PANTUN NASIHAT
"Jalan-jalan ke Pekan Baru..
Ibu kotanya Sumatra Selatan..
Jika kalian nonton film biru..
Pasti nantinya rusak pikiran..."
Dua contoh pantun di atas tergolong pantun yang kurang sempurna.
Berikut ini adalah analisanya:
Contoh nomor (1).
Pantun tersebut tergolong pantun yang Kurang Sempurna. Mengapa..? Perhatikanlah kalimat yang digunakan pada sampirannya. Baris pertama terhadap baris ke dua tidak ada hubungannya sama sekali. Koin yang habis untuk bermain valas tidak ada kaitannya dengan Menara Dubai yang tertinggi di dunia.
Meski pantun tersebut tergolong Pantun Yang Kurang Sempurna, ia tetaplah sebuah pantun yang berkualitas. Hal itu bisa dirasakan dari Sindirannya yang sangat kuat, penggunaan kata-kata yang melampaui kualitas struktur dasar pantun, berjenis Pantun Super Apik, serta memuat satu informasi yang belum banyak orang tau (bahwa menara tertinggi di dunia ada di kota Dubai, Uni Emirat Arab).
Pantun yang Kurang Sempurna seperti pada contoh nomor satu ini masih layak untuk disampaikan / dipublikasikan. Di masyarakat luas pantun-pantun seperti itu banyak sekali saya temui, bahkan tidak sedikit yang dijadikan lirik lagu.
Contoh nomor (2)
Pantun tersebut juga tergolong Pantun yang Kurang Sempurna. Mengapa..? Kalimat pada sampirannya memuat informasi yang tidak sesuai fakta. (Pekan Baru bukan ibu kota provinsi Sumatra Selatan).
Meskipun isi pantun tersebut merupakan nasihat yang sangat baik, namun karena mempunyai cela yang sangat parah pada sampirannya, lantas menjadikan pantun tersebut tidak dianggap sebagai pantun yang baik.
Jika pantun seperti pada contoh no. (1) masih layak untuk disampaikan / dipublikasikan, maka pada contoh no. (2) ini menurut saya tidaklah layak untuk disampaikan / dipublikasikan, bahkan terasa sangat memalukan.
terimakasih atas infonya gan
BalasHapus